Ketahanan sering dipuji sebagai antidot terhadap penderitaan— sumber daya misterius yang memberi energi pada beberapa orang untuk bangkit kembali dari kemunduran sementara yang lain terguncang. Namun gambaran ketahanan yang dipopulerkan dalam buku-buku self-help dan poster motivasi menyembunyikan kebenaran dan kesalahpahaman yang lebih dalam yang tanpa sengaja bisa menghambat pertumbuhan nyata. Banyak mitos tentang ketahanan yang tetap ada, mewarnai ekspektasi kita, penilaian diri, dan strategi.
Mari kita uraikan beberapa salah kaprah paling luas—dan membatasi—tentang ketahanan, dan jelajahi pandangan yang lebih memberdayakan yang dapat membantu Anda mengembangkan kekuatan sejati dan kemampuan beradaptasi.
Salah satu mitos paling melekat membingkai ketahanan sebagai sifat bawaan, semacam DNA psikologis yang dikodekan sejak lahir. Jika Anda tidak dibesarkan keras atau diberkati dengan “gen kegigihan,” pemikiran itu beralasan, Anda ditakdirkan untuk berjuang.
Namun sains memiliki cerita lain.
Walaupun penelitian menunjukkan bahwa temperamen dan faktor genetik memengaruhi bagaimana kita merespons stres, studi dalam psikologi perkembangan, seperti karya Emmy Werner dan Boris Cyrulnik, menyimpulkan bahwa ketahanan sebagian besar dibentuk oleh pengalaman hidup dan lingkungan. Bahkan mereka yang memiliki tantangan, seperti kesulitan masa kecil, bisa menjadi sangat tahan banting berkat dukungan dan keadaan yang tepat.
Contoh: Pertimbangkan J.K. Rowling, yang menulis Harry Potter sebagai seorang ibu tunggal yang menghadapi kesulitan ekonomi. Ia secara terbuka mengakui bahwa bukan ketangguhan bawaan, melainkan orang-orang yang mendukung dan pekerjaan yang bermakna yang membantunya terus bertahan melalui masa sulit.
Inti pelajaran: Alih-alih percaya bahwa Anda “memiliki itu” atau tidak, mulailah melihat ketahanan sebagai kapasitas—satu yang tumbuh dengan latihan yang disengaja, pembimbingan, umpan balik positif, dan belajar dari kemunduran.
Budaya populer sering menggambarkan individu yang tahan banting sebagai orang yang tak terguncang: Mereka menghadapi setiap krisis dengan tatapan mantap, tidak pernah menunjukkan air mata atau kecemasan. Mitos ini tidak hanya menyesatkan realitas kekuatan batin, tetapi juga menciptakan stigma terhadap kerentanan.
Kebenarannya? Bahkan orang yang paling tahan banting pun mengalami saat-saat sulit—kadang-kadang sangat berat.
Kejujuran emosional adalah bahan penting dari ketahanan. Penelitian Brené Brown menekankan bahwa pengakuan terbuka terhadap rasa sakit, ketakutan, dan kesedihan tidak menandakan kelemahan; sebaliknya, kerentanan seperti itu membentuk fondasi pemulihan pribadi dan penyesuaian sehat.
Teori pertumbuhan pasca-trauma lebih menekankan bahwa banyak orang yang pada akhirnya menunjukkan ketahanan yang mencolok terlebih dahulu mengalami gangguan yang mendalam, duka, atau bahkan keruntuhan. Ketahanan bukanlah ketiadaan rasa sakit, melainkan navigasi dan integrasi akhirnya dari pengalaman-pengalaman itu.
Catatan dunia nyata: Mantan Nelson Mandela menghabiskan 27 tahun di penjara. Diari-diariannya mengungkap momen keputusasaan dan keraguan diri, tetapi pengakuan-pengakuan tersebut justru memperkuat kekuatannya di kemudian hari.
Inti pelajaran: Jangan mengukur ketahanan Anda dari seberapa stoik yang Anda tunjukkan. Memberi diri sendiri izin untuk merasakan dan sembuh mempercepat—bukan memperlambat—perjalanan Anda kembali ke keseimbangan.
Kata-kata klise seperti “lihat sisi terang” dan “gaya positif saja” menunjukkan bahwa optimisme adalah keadaan pikiran yang tidak pernah goyah di kalangan orang yang tahan banting. Namun positivitas yang dipaksakan sebenarnya bisa berbalik.
Positivitas beracun dapat menekan emosi autentik dan mencegah orang memproses kemunduran nyata. Seperti dijelaskan psikolog Susan David, menyangkal ketidaknyamanan ("Saya baik-baik saja!" meskipun Anda tidak) justru menumbuhkan bukan ketahanan, melainkan penghindaran dan mekanisme koping yang dangkal.
Ketahanan yang autentik berasal dari optimisme realistis—kemampuan untuk mengakui masalah secara jujur, merangkul emosi yang kompleks, dan kemudian menemukan makna atau solusi yang konstruktif.
Contoh nyata: Setelah mengalami luka bakar lebih dari 65% tubuhnya, pembicara John O’Leary belajar bahwa mengungkapkan ketakutan dan frustrasinya secara jujur mempercepat penyembuhannya secara fisik—dan psikologis. Berpura-pura merasa positif tidak membantunya.
Tip: Biarkan semua emosi, positif maupun negatif, mendapatkan ruangnya. Kemudian, biasakan mengalihkan fokus pada nilai-nilai, solusi, dan pelajaran tanpa menyangkal kenyataan.
Salah satu kesalahpahaman luas lainnya menggambarkan ketahanan sebagai usaha sendirian, dicapai melalui tekad semata. Dalam narasi ini, kemandirian adalah raja.
Namun data membantah ideal ini.
Contoh praktis: Ketika astronot bekerja di lingkungan berisiko tinggi seperti Stasiun Luar Angkasa Internasional, dukungan dari kendali darat dan keahlian yang dibagikan seluruh awak sangat penting untuk mengelola krisis. NASA berinvestasi besar tidak hanya pada pelatihan teknis tetapi juga dalam “ketahanan kolektif.”
Saran: Kembangkan jaringan dukungan Anda, latih diri untuk meminta (dan menawarkan) bantuan, dan sadari bahwa terobosan terbesar Anda biasanya muncul dalam jaringan kepercayaan dan kerja sama. Koneksi sosial bukan tanda kelemahan pribadi—itu adalah jangkar strategis.
Iklan dan tren self-help sering mempersiapkan ketahanan sebagai produk: Hadiri seminar, unduh aplikasi meditasi, hafalkan serangkaian afirmasi—presto, Anda menjadi tangguh.
Namun ketahanan jangka panjang adalah proses dinamis—bukan akuisisi satu kali.
Contoh: Pertimbangkan atlet yang menjalani pemulihan dari cedera serius. Kembalinya mereka ke performa puncak jarang linear atau cepat; itu diasah dan disesuaikan melalui kegagalan berulang, strategi baru, dan penyesuaian berkelanjutan.
Panduan: Alih-alih mencari solusi ampuh sekali jadi, pendekatan pembangunan ketahanan sebagai permainan panjang. Bereksperimen dengan mindfulness, journaling, terapi, kebugaran fisik, dan pembelajaran berkelanjutan untuk menciptakan alat yang akan Anda sesuaikan seumur hidup.
Beberapa orang menginternalisasi perjuangan sebagai bukti bahwa mereka "hanya tidak tahan banting." Penilaian diri ini sering datang setelah proyek yang gagal, kemunduran hubungan, atau tidak mampu mengatasi dengan cara yang mereka harapkan.
Tetapi gagal—terkadang berulang kali—tidak berarti Anda kekurangan ketahanan.
Kisah terkenal: Abraham Lincoln gagal dalam bisnis, kalah dalam beberapa pemilihan politik, dan mengalami episode depresi sebelum menjadi Presiden AS. Setiap kemunduran berkontribusi pada ketekunannya yang legendaris.
Langkah praktis: Ubah pandangan Anda terhadap kemunduran sebagai bukti bahwa Anda terlibat dengan kehidupan dan belajar. Gali pengalaman Anda untuk wawasan di masa depan daripada bukti ketidakmampuan.
Meskipun banyak aspek dari ketahanan dapat dipelajari secara mandiri, mitos ini menghalangi orang untuk mencari dukungan profesional atau sumber daya kesehatan mental. Beberapa bahkan menyamakan meminta bantuan dengan kurangnya ketegaran.
Pada kenyataannya, bantuan profesional sering sangat penting untuk mengembangkan ketahanan, terutama setelah trauma, depresi berkepanjangan, atau kecemasan.
Catatan dunia nyata: Setelah bencana alam, mereka yang berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental melaporkan tidak hanya kestabilan emosional yang lebih cepat, tetapi juga peningkatan penyesuaian jangka panjang, menurut studi dari American Psychological Association.
Tip: Gunakan sumber daya profesional sebagai salah satu alat dalam kotak peralatan ketahanan Anda. Tidak ada kehilangan martabat dalam memanfaatkan keahlian dan wawasan yang ditawarkan orang lain; itu memperbesar—bukan mengurangi—kapasitas Anda.
Kesalahpahaman ini memperlakukan ketahanan sebagai ketahanan tanpa batas: menghadapi setiap pelecehan, ketidakadilan, atau kemalangan dengan kesabaran permanen.
Tapi sebenarnya, mengetahui kapan tidak perlu bertahan adalah bentuk ketahanan yang mendalam.
Contoh: Simone Biles, pesenam Olimpiade, menarik diri dari final di Olimpiade Tokyo 2021 untuk melindungi kesehatannya secara mental—menunjukkan bahwa ketahanan sejati sering berarti memprioritaskan perawatan diri daripada ekspektasi eksternal.
Cara Melakukannya: Secara teratur mengevaluasi ulang komitmen dan faktor stres Anda. Sadarilah bahwa menghentikan, keluar dari situasi berbahaya, atau menuntut keadilan bukan berarti berhenti; itu adalah tindakan menghormati diri dan memastikan kesejahteraan Anda di masa depan.
Jalan menuju ketahanan yang autentik tidak mirip dengan citra pahlawan tunggal yang selalu optimis. Itu lebih berantakan, lebih bersifat relasional, dibangun melalui siklus-stres dan penyembuhan, keberhasilan dan kemunduran. Hadiah dari membongkar mitos ini adalah kebebasan baru untuk bereksperimen, berjuang dengan jujur, dan mengakses sumber daya yang lebih luas—komunitas, alat, dukungan, dan belas kasih pada diri sendiri.
Ketahanan sejati bersifat dinamis dan pribadi. Dengan melepaskan legenda yang membatasi dan merangkul strategi berbasis bukti serta refleksi jujur, Anda membebaskan potensi Anda untuk beradaptasi dan tumbuh secara bermakna—siap menghadapi apa pun yang akan hidup hadirkan berikutnya.